DKP Komitmen Angkat Kembali Wayang Khas Purworejo

DKP Komitmen Angkat Kembali Wayang Khas Purworejo

MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO - Dewan Kesenian Purworejo (DKP) berkomitmen untuk mengangkat dan menghidupkan kembali wayang kulit khas Kabupaten Purworejo yang kini nyaris punah, yakni Wayang Kulit Kaligesingan Gagrag Bagelenan. Komitmen itu akan diwujudkan dengan meningkatkan intensitas latihan dan pementasan, serta upaya lain untuk mengenalkan kepada masyarakat secara luas. Hal itu mengemuka dalam Kenduri DKP dalam rangka penutupan dan tasyakuran kegiatan Webinar dan Pentas Rekonstruksi Pakeliran Bagelenan, Minggu (6/9). Kenduri berlangsung di Omah Lawas yang menjadi kantor sekretariat sementara DKP, dihadiri para pengurus DKP serta sejumlah dalang cilik dan dalang senior Purworejo. Ketua DKP, Angko Setiyarso Widodo, menyebut komitmen untuk menghidupkan kembali Wayang Gagrag Bagelenan berangkat dari keprihatinan para pengurus setelah mengetahui bahwa Purworejo memiliki wayang berciri khas yang kini jarang dipentaskan. Setelah berkomunikasi dan melakukan riset bersama pihak-pihak terkait, DKP lalu berinisiatif menggelar Webinar Wayang Kaligesingan di Omah Lawas pada Sabtu (15/8). Sukses Webinar dilanjutkan DKP dengan menghelat Pentas Rekonstruksi Pakeliran Gagrag Bagelenan secara daring di Rumah Budaya Sae Laras Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing pada Sabtu (29/8) malam. Pentas mengangkat lakon Wahyu Kraton dengan dua dalang asal Purworejo, yakni Ki Hartono Sastroguno dan Ki A Novianto Nugroho S.Pd. “Sebenarnya proses ini sudah cukup panjang, sebelum menggelar dua acara itu teman-teman DKP juga melakukan serangkaian survei. Alhamdulillah meskipun dengan berbagai keterbatasan, sambutan masyarakat, pelaku seni, dan sejumlah dalang baik dari Purworejo maupun luar Purworejo cukup baik. Karena itu, hari ini kita kembali berupaya untuk merumuskan tindak lanjut,” sebutnya. Beberapa tindak lanjut tersebut antara lain kembali menggelar pentas-pentas di wilayah kecamatan yang berbeda. Upaya itu menemui titik cerah karena belum lama ini proposal permohonan Fasilitasi Bidang Kebudayaan Tahap II Tahun 2020 yang diajukan DKP ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendapat respons. Baca Juga Harga Tembakau di Temanggung Masih Jauh dari Harapan “Mudah-mudahan proposal ke Kemendikbud ini nanti benar-benar goal sehingga kita bisa menggelar pentas kembali. Selama ini anggaran DKP dari pemerintah kabupaten memang sangat minim sehingga kami berupaya untuk menempuh berbagai upaya, termasuk menggandeng donatur serta Diaspora Purworejo yang peduli dengan perkembangan seni budaya,” ungkapnya. Selain pentas, DKP bersama sejumlah dalang Purworejo juga sepakat untuk merutinkan latihan bersama secara bergantian di sanggar masing-masing dalang. Diagendakan juga festival dalang cilik serta workshop. “Sudah ada tiga sanggar yang menyatakan siap untuk latihan bersama, termasuk karawitannya,” jelasnya. Lebih lanjut Angko mengatakan bahwa Wayang Gagrag Bagelenan memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan. Salah satu spesifikasi yang membedakan dari wayang daerah lain di antaranya pada karakter salah satu tokoh punokawan, yakni Petruk yang membawa gunting dan munthu (alat penumbuk, red). “Ini sangat menarik. Kita akan terus gali spesifikasi lain beserta filosofinya,” pungkasnya. Dr Sudibyo MHum, Pengurus DKP yang didaulat menjadi Ketua Panitia Pentas Rekonstruksi Gagrag Bagelenan, menambahkan bahwa Wayang Gagrag Bagelenan merupakan sebuah warisan budaya yang sangat penting bagi Purworejo. Terlebih, beberapa kolektor asing, antara lain tokoh kolektor wayang Indonesia di Berlin dan kolektor di Yale University Amerika Serikat, telah mengoleksinya. “Artinya kalau dua tempat sangat bergensi ini sudah mengoleksi benda budaya itu, benda budaya itu pasti memiliki nilai yang sangat tinggi.  Nilai yang sangat tinggi antara lain karena kelangkaannya,” kata Sudibyo yang juga Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta. Menurutnya, upaya untuk mengangkat kembali Wayang Gagrag Bagelenan sebagai warisan budaya Purworejo oleh DKP akan menggunakan sentuhan dan intepretasi baru. Pada tahap awal diarahkan untuk rekontruksi dan akan dilanjutkan dengan revitalisasi. “Artinya adalah pemberian makna baru, semangat baru, dan di situ juga akan muncul kreasi karena disesuaikan dengan konteks zaman,” terangnya. (top)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: